Sunday, 22 September 2013

Nama-nama Unik Para Paus di Vatikan

Nama-nama Unik Para Paus di Vatikan

TEMPO.CORoma - Paus baru telah terpilih. Sidang konklaf yang diikuti 115 kardinal pada Rabu, 13 Maret 2013, telah memilih Jorge Mario Bergoglio sebagai pengganti Paus Benediktus XVI. Bergoglio memilih nama Fransiskus sebagai nama kepausannya.
 
Nama Fransiskus dipilih Bergoglio sebagai penghormatan pada dua figur Katolik: Santo Fransiskus dari Asisi dan Santo Fransiskus Xaverius. (Baca: Alasan Bergoglio pilih nama Fransiskus)

Terpilihnya Bergoglio sebagai paus menjadikan pria 76 tahun ini sebagai paus ke-266 dalam sejarah gereja. Dalam rentang waktu sekitar 2000 tahun sejarah kepausan, ada sejumlah paus dengan nama-nama unik. Ada juga nama populer yang sering dipakai oleh mereka yang terpilih sebagai paus.

Menurut Religion News Service, 10 paus dengan nama unik tersebut adalah:

1. Telesphorus (masa kepausan 125-136 M)
2. Eleutherius ( 174-189 M)
3. Zephyrinus (198-217 M)
4. Eutychianus (275-283 M)
5. Miltiades (311-314 M)
6. Hormisdas (514-523 M)
7. Zosimus (417-418 M)
8. Symmachus (498-514 M)
9. Simplicius (468-483 M)
10. Vigilius (537-555 M)

Selain itu, ada juga nama yang paling banyak dipilih sebagai nama paus. Nama tersebut adalah:

1. Yohanes (dipakai 23 kali)
2. Benediktus (16 kali)
3. Gregorius (16 kali)
4. Klemens (14 kali)
5. Leo (13 kali)
6. Innosensius (13 kali)
7. Pius (12 kali)
8. Stefanus (9 kali, ada juga yang bilang 10 kali)
9. Bonifatius (9 kali)
10. Alexander dan Urbanus (masing-masing 8 kali)

Paus Fransiskus Buat Pengawalnya Pusing



Paus Fransiskus Buat Pengawalnya Pusing
ROMA - Para pengawal Paus Fransiskus I mengaku kesulitan untuk menjaga keamanan Pemimpin Gereja Katolik baru itu. Paus ramah dari Argentina itu seringkali menyelinap masuk ke kerumunan warga, dan membuat petugas keamanan kebingungan.
Menurut para petugas keamanan paus, pria berusia 76 tahun itu sering menghampiri warga-warga secara mendadak di saat dirinya menyaksikan adanya kesempatan. Paus yang sangat ramah pada wartawan-wartawan di Vatikan itu mengarungi kerumunan warga yang hadir dalam inagurasi pelantikannya.
Kemarin, paus menghabiskan 17 menit untuk mengitari Lapangan Basilika Santo Petrus dengan menggunakan mobil jip putih tanpa kap. Terkadang paus berhenti untuk mencium bayi atau memberkati warga. Para pengawal paus mengaku cukup pusing ketika harus mengawal pria bernama Kardinal Jorge Bergoglio itu.
"Setiap kali dia (paus) melakukan tindakan seperti itu, akan muncul resiko baru yang dikhawatirkan menimpanya," ujar Presiden Asosiasi Nasional untuk Keamanan Publik dan Pribadi, Massimo Blanco, seperti dikutip USA TODAY, Rabu (20/3/2013).
"Semakin sulit bagi kami untuk melindungi seseorang yang sering mengadakan kontak dengan publik, ketimbang seseorang yang lebih suka berada di dalam pengamanan yang ketat, dan menjaga jarak dengan publik," imbuhnya.
Seperti diketahui, keamanan ekstra bagi seorang Pemimpin Gereja Katolik mulai ditingkatkan setelah muncul insiden penembakan terhadap Paus Yohanes Paulus II pada Mei 1981 silam di Basilika Santo Petrus. Paus Yohanes ditembak empat kali dari jarak dekat oleh seorang militan Turki Mehmet Ali Agca.
"Pengamanan kepausan selalu ada, namun peristiwa penembakan Paus Yohanes Paulus telah mengubah segalanya. Saat ini, keamanan menjadi prioritas utama kami," ujar seorang sejarawan Alistair Sear.
Sejauh ini, Vatikan telah mencatat tiga rencana pembunuhan terhadap Pimpinan Gereja Katolik yang dimulai dari masa kepausan Paus Yohanes I. Oleh karena itulah, petugas keamanan yang ditugaskan menagawal paus adalah para agen yang terbaik di dunia. Petugas-petugas keamanan itu juga sudah memanfaatkan peralatan canggih untuk membantu proses pengamanan paus.

10 sejarah kepausan yang menarik

Oleh Tia Ghose, Staf Penulis LiveScience | LiveScience.com

Paus Benediktus XVI menyita perhatian karena mengumumkan pengunduran dirinya. Ini sesuatu yang tidak pernah dilakukan Paus sejak Abad Pertengahan. Berikut ini adalah 10 kejadian yang paling menarik sepanjang sejarah kepausan.

Paus pertama
Pemimpin pertama Gereja Katolik adalah Santo Petrus. Bernama asli Simon, ia merupakan salah satu dari 12 rasul Yesus, menurut buku John Julius Norwich "Absolute Monarchs: A History of the Papacy" (Random House, 2012). Dia berkhotbah di seluruh Asia Kecil sebelum datang ke Roma, tempat tinggalnya selama 25 tahun, ketika Kaisar Nero Augustus Caesar menyalibnya. Menurut legenda, Santo Petrus ingin disalib terbalik, karena ia merasa terlalu rendah untuk meninggal dengan cara yang sama seperti Yesus. Dia tidak pernah secara resmi mengambil gelar Paus pertama selama hidupnya. 

Mengundurkan diri
Paus pertama yang mengundurkan diri adalah Pontian, yang memimpin gereja mulai dari tahun 230-235. Tidak seperti pendahulunya, Pontian tidak mati sebagai martir, melainkan dijatuhi hukuman kerja paksa di tambang mineral Sardinia oleh Kaisar Maximus yang menganiaya orang Kristen, terutama kepala gereja. Paus Pontian secara sukarela turun dari takhta untuk mencegah gereja dari kekosongan kekuasaan, menurut Ensiklopedia Katolik.

Masa yang lebih baik
Seratus tahun berikutnya merupakan waktu yang berat untuk Gereja Katolik. Banyak umat dianiaya dan meregang nyawa. Namun pada 313, Kaisar Konstantin resmi mengakhiri penganiayaan orang Kristen. Paus Silvester I merupakan paus pertama yang hidup di dunia yang lebih damai, tetapi ketika Konstantin memerintahkan Konsili Nicea untuk menyortir doktrin resmi Kristen, Sylvester memilih tetap duduk di jabatan itu, sebagai gantinya dia mengirimkan bawahannya, menurut "Absolute Monarchs: A History of the Papacy." Kredo Nicea kini dianggap sebagai pernyataan resmi pertama dari keyakinan orang Kristen.

Pembawa damai 
Paus Leo I, yang memimpin mulai dari tahun 461-468, mungkin sudah terkenal karena karya yang dia lakukan sebelum naik ke takhta kepausan: mantan bangsawan dan kemudian uskup itu meyakinkan Attila the Hun untuk tidak menyerang Roma. Ada kemungkinan Leo menawarkan Attila setumpuk hasil curian atau panglima perang itu menggunakan pertemuan tersebut sebagai alasan untuk tidak menyerang Roma, mengingat kekhawatiran akan strateginya sendiri.

Kemungkinan lain bahwa Paus Leo mungkin telah mempermainkan ketakutan Attila mengenai takhayul kematian segera setelah penyerangan, seperti yang dialami Alaric I (raja dari suku Goth) setelah menghancurkan Roma beberapa dekade sebelumnya, menurut "Absolute Monarchs: A History of the Papacy."

Jenazah diadili
Paus Formosus memimpin Gereja Katolik dari 891-896 dan pemerintahannya ditandai oleh pertarungan politik dan pertikaian. Dia dikucilkan sekitar 20 tahun sebelum pemerintahannya, namun kemudian diampuni. Setelah kematiannya, mayatnya digali, diadili, dan dinilai tidak layak dalam kepausan. Semua dekrit kepausannya dianggap tidak sah, jari-jari yang digunakan untuk membuat sakramen dipatahkan, dan dia dibuang ke Sungai Tiber.

Benediktus lainnya
Paus saat ini bukanlah satu-satunya Benediktus yang telah mengundurkan diri. Selama waktu carut-marut dalam sejarah Gereja Katolik yang dikenal sebagai obscurum saeculum, para paus terlibat dalam kelakuan korup dan bersekutu dekat dengan satu keluarga bangsawan. Muak akan hal itu, orang-orang di Roma mengangkat Benediktus V ke posisi tertinggi pada 964. Namun pendiri Kekaisaran Romawi Suci, Raja Otto, tidak menyetujuinya: Dia memilih seorang anti-paus, Leo VIII, sebagai gantinya. Benediktus V memilih untuk mundur beberapa bulan setelah terpilih. (Pada masa kekacauan saat itu, tidak pernah terdengar ada dua paus terpillih.)

Benediktus berikutnya, Benediktus VI, juga menghadapi akhir memalukan dalam pemerintahannya: Ketika Raja Otto meninggal pada 974, Benediktus VI dipenjara dan dihukum mati oleh penggantinya sang anti-paus.

Paus dalam tiga periode
Benediktus lainnya, Paus Benediktus IX, menjalani tiga periode kepausan. Dia naik ke jabatan tertinggi pada 1032 karena koneksi keluarganya pada usia muda 20 tahun, menurut Ensiklopedia Katolik. Penguasa itu dilaporkan tidak memiliki semua keseimbangan moral dan menjalani kehidupan yang tidak bermoral. Pada 1044, kota Roma memilih seorang anti-paus (paus kedua). Benediktus IX mengusir anti-paus tersebut, tetapi kemudian mengundurkan diri  tepat setelah menjual kepausan kepada pastor lainnya. Sebelum dia meninggal, dia merebut posisi tertinggi sekali lagi, namun tugas akhir Benediktus IX tidak berlangsung lama.

Paus hamil?
Salah satu legenda yang berasal dari 855-877, Paus Yohanes yang memerintah saat itu dikabarkan berjenis kelamin wanita. Kisah tersebut diceritakan biarawan Dominika bernama Martin pada 1265 dan beberapa orang lainnya, mengklaim bahwa Paus Yohanes adalah seorang gadis yang dibawa ke Athena dalam pakaian laki-laki, menurut "Absolute Monarchs: A History of the Papacy." Dia mengambil kuliah dan menjadi akademisi, menurut kisah, namun tiba-tiba hamil dan melahirkan dalam prosesi gereja. Namun, kekacauan pada waktu itu dan ketidaksesuaian antara cerita menunjukkan "Paus Joan" mungkin tidak pernah ada.

Pemerintahan singkat

Banyak orang yang terpilih untuk jabatan tertinggi tidak mendapatkan kesempatan untuk berbuat banyak. Paus Stephen terpilih pada 752, tapi meninggal hanya beberapa hari kemudian, tanpa ditahbiskan menjadi paus. Paus Damaskus II naik ke takhta kepausan pada 1048 karena beberapa pertikaian politik, namun meninggal tepat 23 hari kemudian. Celestine IV yang terpilih pada 1241, meninggal tepat 16 hari kemudian — terlalu dini untuk penobatannya. Dan Paus Urbanus VII yang meninggal 12 hari kemudian pada 1590 merupakan paus yang paling singkat memimpin dalam sejarah Gereja Katolik.

Gereja Katolik juga memiliki beberapa periode ketika tidak ada paus yang memerintah. Kekosongan itu dikenal sebagai interregnums, biasanya terjadi ketika para kardinal yang memilih paus menemui jalan buntu.

Pengunduran diri
Paus sebelum ini yang mengundurkan diri adalah Paus Gregorius XII, yang terpilih pada 1406. Seorang pria terkenal karena kesalehannya, dia awalnya dipilih untuk mengakhiri perpecahan yang terjadi setelah Paus Innocent VII meninggal, menurut Ensiklopedia Katolik. Gregorius XII adalah salah satu dari tiga paus yang memimpin pada waktu itu, dan kekacauan yang terus berlanjut meyakinkan dia bahwa sudah waktunya untuk berhenti. Dia akhirnya mengadakan pertemuan  dewan untuk menyelesaikan kekacauan itu dan turun takhta pada 1415.

Sunday, 3 March 2013

Para Kardinal Adalah Para Pangeran Gereja Katolik


Para Kardinal di Konklaf 2005 (Foto: Corbis)

Para Kardinal Adalah Para Pangeran Gereja Katolik. Siapa sebenarnya kardinal, yang sering disebut para pangeran Gereja Katolik? Apa peran mereka dan siapa saja yang dapat diangkat menjadi kardinal? Tulisan ini mencoba menyajikan secara ringkas beberapa hal tentang kardinal yang mungkin belum banyak diketahui umat Katolik. Tulisan ini untuk pertama kalinya saya buat di tahun 2009. Sehubungan dengan pengunduran diri Paus Benedictus XVI dan Konklaf 2013 untuk memilih Paus baru, tulisan ini saya perbarui lagi dengan informasi terkini. Semoga bermanfaat.

Kebanyakan orang tahu bahwa para kardinal adalah pembantu Paus. Mereka biasanya menjadi pusat perhatian publik saat Paus wafat atau terjadi kekosongan takhta, karena mereka lah yang kemudian berkumpul dalam sebuah konklaf untuk memilih Paus yang baru. Dalam kenyataannya, peran kardinal tidak hanya untuk memilih Paus. Mereka membantu Paus dalam mengurus Gereja Katolik. Para kardinal memberikan saran-saran tentang berbagai urusan Gereja saat Bapa Suci memanggil mereka dalam suatu rapat yang disebut konsistorium.

Para kardinal memberi hormat kepada Paus
Dari informasi tanggal 2 Maret 2013, ada 207 orang kardinal dari 66 negara yang menjadi anggota Kolegium Kardinal. Di antara mereka, 117 orang dari 50 negara adalah kardinal elektor, kardinal yang berhak memilih Paus. Sisanya adalah kardinal non-elektor, yang sudah berusia lebih dari 80 tahun dan tidak lagi berhak mengikuti konklaf. Informasi terkini dapat dilihat di Daftar Kardinal di Situs Catholic Hierarchy atau GCatholic.org. Jumlah kardinal bertambah saat Paus menunjuk kardinal-kardinal baru dalam suatu konsistorium. Dalam dua konsistorium terakhirnya, tanggal 18 Februari 2012 dan 24 November 2012, Paus Benediktus XVI menunjuk masing-masing 22 dan 6 orang kardinal baru. Jumlah kardinal biasanya berkurang karena beberapa di antara mereka meninggal. Paus Yohanes Paulus II dalam Konstitusi Apostolik Universi Dominici Gregis menentukan jumlah maksimum kardinal elektor sebanyak 120.

Karena jumlahnya yang terbatas dibandingkan dengan uskup yang jumlahnya ribuan, dan juga karena hak-haknya yang istimewa, jabatan kardinal sering dipandang sebagai suatu promosi untuk uskup. Seolah-olah ada urutan begini: imam, uskup, uskup agung, kardinal dan Paus. Kenyataannya, yang benar adalah: imam, uskup dan Paus. Itu saja. Kardinal bukan atasan uskup. Yang Utama Julius Kardinal Darmaatmadja, satu-satunya kardinal dari Indonesia, juga bukan perpanjangan tangan Paus untuk mengatur para uskup di Indonesia. Kolegium Kardinal dan Sinode Para Uskup memiliki peran sendiri-sendiri dalam Gereja Katolik dan tidak bisa dibilang bahwa yang satu lebih penting daripada yang lain. Meski begitu, secara ranking, kardinal memang lebih tinggi dari uskup dan biasanya diangkat dari kalangan uskup yang senior.

Card. Bertone (Corbis)
Meski kelihatannya sama semua, di kalangan kardinal sebenarnya ada tiga tingkatan. Yang paling utama adalah kardinal uskup, kemudian kardinal imam dan kardinal diakon. Memang agak membingungkan istilah-istilah ini. Begini ceritanya. Pada mulanya, kardinal adalah klerus yang ditugaskan untuk membantu Paus di Keuskupan Roma. Istilah kardinal bermula dari kata inkardinasi, yang artinya menempatkan seorang klerus di bawah yurisdiksi seorang ordinaris (uskup, abbas atau ordinaris lain). Uskup, imam dan diakon yang diminta membantu Paus di-inkardinasi ke Keuskupan Roma, di bawah Paus yang adalah Uskup Roma. Jadilah mereka kardinal uskup, kardinal imam atau kardinal diakon di Keuskupan Roma. (Catatan: Secara kaidah bahasa Indonesia, sebenarnya memang lebih tepat dibilang uskup kardinal, imam kardinal atau diakon kardinal.) Nah, itu dulu. Sekarang ini praktiknya memang sudah lain. Yang diangkat menjadi kardinal hampir semua berasal dari kalangan uskup, bukan lagi imam atau diakon. Meski begitu tiga tingkatan kardinal ini masih tetap dipertahankan. Tarcisio Cardinal Bertone di foto di atas ini adalah salah seorang kardinal uskup. Beliau adalah Sekretaris Negara Vatikan dan juga adalah Camerlengo Gereja Romawi Kudus, yang menjalankan roda pemerintahan di Vatikan saat terjadi sede vacante.

Pengangkatan kardinal merupakan hak prerogatif Paus. Secara garis besarnya, saat ini ada tiga jalur pengangkatan kardinal. Yang pertama adalah jalur uskup diosesan, seperti Yang Utama Julius Kardinal Darmaatmadja. Kardinal dari jalur ini biasanya diangkat menjadi kardinal imam. Yang kedua adalah jalur Kuria Romawi, jalur untuk pejabat-pejabat Gereja yang membantu Paus di Vatikan. Contohnya adalah Sua Eminenza Angelo Cardinal Comastri, Imam Agung Basilika Santo Petrus. Kardinal dari jalur ini biasanya diangkat menjadi kardinal diakon. Yang ketiga adalah jalur lain-lain. Kardinal dari jalur ini biasanya diangkat menjadi kardinal diakon juga. Bapa Suci bisa mengangkat siapa saja yang dianggap pantas menerima martabat kardinal. Contoh yang paling bagus mungkin adalah His Eminence Avery Cardinal Dulles. Almarhum Cardinal Dulles adalah seorang imam Jesuit dari Amerika Serikat, guru besar teologi yang sangat dihormati baik oleh Paus Yohanes Paulus II yang mengangkatnya, maupun oleh Paus Benedictus XVI yang mengunjunginya beberapa bulan sebelum wafatnya. Sampai meninggalnya, Cardinal Dulles tidak pernah menerima tahbisan uskup.

"Habemus Papam" Paus Benedictus XVI (Corbis)
Di antara ketiga kategori kardinal di atas, dapat dibayangkan bahwa kardinal imam berjumlah paling banyak (153 dari 207 orang kardinal saat ini). Mereka adalah uskup atau uskup agung senior dari berbagai negara. Seorang yang paling senior di antara kardinal imam ditunjuk menjadi Protopresbyter, semacam pemimpin untuk berbagai kepentingan seremonial. Di antara kardinal diakon (yang saat ini berjumlah 44) juga ada seorang yang paling senior yang ditunjuk sebagai Protodiakon. Protodiakon inilah yang bertugas mengumumkan nama Paus yang baru terpilih dalam konklaf, dengan menggunakan frase yang amat terkenal, "Habemus Papam ..." Pada tanggal 19 April 2005, adalah Jorge Arturo Cardinal Medina Estévez (foto atas, di sebelah kanan Paus, berjubah merah), Protodiakon pada saat itu, yang membacakan, "Annuntio vobis gaudium magnum; habemus Papam: Eminentissimum ac Reverendissimum Dominum, Dominum Josephum Sanctae Romanae Ecclesiae Cardinalem Ratzinger qui sibi nomen imposuit Benedictum XVI." Pada saat ini Protodiakon Kolegium Kardinal adalah Jean-Louis Cardinal Tauran, Presiden Dewan Kepausan untuk Dialog Antar Umat Beragama, yang pernah berkunjung ke Indonesia.

Card. Sodano (Corbis)
Untuk mengisi posisi kardinal uskup yang hanya sedikit, Paus memilih dari antara kardinal imam. Di samping itu, Patriark Ritus Timur yang diangkat menjadi kardinal langsung masuk kategori kardinal uskup. Mudah mengenali mereka dalam upacara liturgi, dari busananya yang berbeda dari para kardinal lainnya. Para kardinal uskup memilih pemimpin dan wakilnya dari antara mereka dan diajukan ke Paus untuk mendapatkan persetujuan. Para pemimpin kardinal uskup lalu menjadi Dekan dan Wakil Dekan Kolegium Kardinal. Dekan Kolegium Kardinal saat ini adalah Angelo Cardinal Sodano dari Italia (foto atas), yang pernah menjadi Sekretaris Negara Vatikan selama tahun 1991-2006. Sebagai wakilnya adalah Roger Cardinal Etchegaray dari Prancis (foto bawah). Saat terpilih sebagai Paus, Joseph Cardinal Ratzinger adalah Dekan Kolegium Kardinal.

Card. Etchegaray (Corbis)
Untuk meneruskan tradisi, kepada setiap kardinal imam dan kardinal diakon diberikan sebuah Gereja (Paroki) dalam Keuskupan Roma, di mana mereka menjadi Pastor (Paroki) Kehormatan. Lambang mereka dipasang di luar Gereja tituler ini dan mereka pun wajib berkunjung dan mempersembahkan misa di Gereja tituler ini saat berkunjung ke Roma. Kepada para kardinal uskup yang berasal dari ritus Latin dianugerahkan keuskupan kuno kehormatan di sekitar kota Roma, yang sudah tidak ada lagi di jaman modern ini.

Sesuai tradisi, penulisan penulisan nama kardinal memang sedikit berbeda dari kebiasaan umum. Kata "Kardinal" diselipkan di antara nama lengkap, persis di depan nama keluarga. Jadi, yang lebih pas adalah Julius Kardinal Darmaatmadja, meski tidak salah juga kalau kita menulis Kardinal Julius Darmaatmadja. Para kardinal disapa dengan "Yang Utama", "His Eminence", atau "Sua Eminenza" dalam bahasa Italia. Di Vatikan, sehari-harinya mereka disapa "Eminenza" saja. Sapaan yang dikhususkan bagi mereka memang beda dengan uskup dan uskup agung, yang harusnya disapa dengan "Yang Mulia", "His Excellency", "Sua Eccellenza", atau "Excellency" atau "Eccellenza" saja. Di Vatikan dan pada umumnya dalam Gereja Katolik, Monsignor adalah sapaan untuk pejabat tinggi Gereja yang tingkatannya di bawah uskup.

Kardinal berbusana liturgi merah (Corbis)
Kardinal dapat dikenali dari busana liturginya yang berwarna merah. Bandingkan dengan busana uskup yang warnanya ungu. Biretta, topi segi empat kardinal, juga berwarna merah. Biretta kardinal tidak menggunakan pom seperti biretta uskup. Saat kardinal mengenakan busana resmi jubah warna hitam yang sama dengan uskup atau pejabat Gereja lain, mereka masih dapat dikenali dari sabuk sutera dan topi kecilnya yang berwarna merah. Selain itu, ferraiolo dan cappa magna kardinal pun berwarna merah.

Sebagai penutup, film fiksi Angels and Demons yang kontroversial dan kurang disukai oleh kalangan Katolik menampilkan banyak sekali kardinal. Meski banyak hal yang sensasional dan kurang pas dalam film itu, saya harus mengakui bahwa sang sutradara berhasil menunjukkan sebagian kebesaran agama Katolik kepada semua orang yang menontonnya, Katolik dan non-Katolik. Saya sendiri mendapatkan beberapa pertanyaan tentang film ini dari kawan-kawan saya yang bukan Katolik. Satu hal yang menurut saya agak mengganggu. Dalam tradisi Gereja Katolik, Camerlengo atau Chamberlain tidak dijabat oleh imam muda seperti di film itu. Selama ratusan tahun posisi ini hampir selalu dijabat oleh seorang kardinal senior, dengan hanya beberapa pengecualian. Itu pun setidaknya oleh uskup senior yang kemudian diangkat menjadi kardinal.

Link: Cardinal (Wikipedia)
Link: The Cardinals of the Holy Roman Church (Salvador Miranda)
Link: College of Cardinal (GCatholic.org)
Link: Sede Vacante (GCatholic.org)
Link: Conclave 2013 Overview (Catholic Hierarchy)

Thursday, 28 February 2013

Taukah Anda Rumus Misa untuk Pemilihan Paus


Bendera Takhta Suci Saat Kekosongan Takhta
Taukah Anda Rumus Misa untuk Pemilihan Paus. Mulai 28 Februari 2013 pukul 20:00 waktu Vatikan (1 Maret 2013, 02:00 wib.) sampai dengan terpilihnya Paus baru, Gereja Katolik berada dalam masa sede vacante atau kekosongan takhta. Selama masa ini, jika dikehendaki, para uskup dan imam dapat mempersembahkan Misa dengan rumus khusus: Misa untuk Pemilihan Paus atau Uskup. Rumus Misa ini terdapat dalam Missale Romanum editio typica tertia 2002 terbitan Vatikan. Meskipun Misale Romawi Bahasa Indonesia belum terbit, pihak Komisi Liturgi KWI telah berbaik hati menyediakan terjemahan khusus Misa untuk Pemilihan Paus atau Uskup di bawah ini. Terjemahan ini dikutip dari Misale Romawi Bahasa Indonesia, yang sudah mendapat aprobasi dari para uskup se-Indonesia, dan saat ini sedang dalam proses untuk memperoleh rekonyisi dari Vatikan. Untuk sementara, terjemahan ini dapat dipakai ad experimentum.

Sesuai rubrik khusus untuk "Misa untuk Pelbagai Keperluan dan Kesempatan", dan dengan asumsi Paus baru telah dapat terpilih sebelum Hari Minggu Palma, rumus Misa di bawah ini dapat digunakan pada hari-hari biasa mulai 1 Maret 2013 sampai dengan terpilihnya Paus baru. Rumus Misa ini tidak boleh digunakan pada hari-hari Minggu Prapaskah dan juga pada Hari Raya Santo Yusuf tanggal 19 Maret 2013. Rubrik selengkapnya adalah sebagai berikut:

"Apabila ada suatu keperluan yang sungguh penting, suatu Misa yang sesuai dengan keperluan tersebut dapat dirayakan atas perintah Ordinaris lokal atau dengan ijinnya, pada semua hari, kecuali pada Hari-Hari Raya, pada hari-hari Minggu Masa Adven, Masa Prapaskah dan Masa Paskah, pada hari-hari biasa dalam Oktaf Paskah, pada Peringatan Arwah Semua Orang Beriman, dan pada Hari Rabu Abu serta hari-hari dalam Pekan Suci. Akan tetapi, jika suatu keperluan yang sungguh-sungguh atau manfaat pastoral menuntutnya, sesuai penilaian rektor gereja atau imam selebran sendiri, dapat digunakan Misa atau Doa Pembuka yang sesuai dengan keperluan tersebut dalam perayaan bersama umat, juga kalau hari itu bertepatan dengan Peringatan Wajib atau hari-hari biasa dalam Masa Adven sampai dengan tanggal 16 Desember, hari biasa dalam Masa Natal mulai tanggal 2 Januari atau suatu hari biasa dalam Masa Paskah sesudah Oktaf Paskah." (Missale Romanum p. 1074)

Berikut ini adalah doa-doa presidensial dan antifon-antifon yang dapat digunakan.

Misa untuk Pemilihan Paus atau Uskup
(Sumber: Komisi Liturgi KWI)

Antifon Pembuka (1Sam 2:35)

Aku akan mengangkat bagi-Ku
seorang imam yang setia,
yang akan bertindak sesuai dengan keinginan-Ku;
dan Aku akan membangun baginya
suatu umat yang setia
dan ia akan hidup di hadirat-Ku senantiasa.

Doa Pembuka

Ya Allah,
Engkaulah gembala abadi
yang senantiasa memimpin kawanan-Mu
dan melindunginya dengan kasih setia.
Berikanlah kepada Gereja-Mu seorang gembala
yang penuh bakti kepada-Mu
dan mendapat perkenanan-Mu karena kekudusannya,
serta berguna bagi kami karena perhatiannya yang besar.
Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami,
yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus,
hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.

Doa Persiapan Persembahan

Ya Tuhan,
sudilah melimpahi kami dengan kasih sayang-Mu.
Semoga berkat kurban kudus
yang dengan hormat kami persembahkan kepada-Mu,
kami bersuka cita, atas gembala yang Engkau perkenankan
untuk memimpin Gereja yang kudus.
Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.

Antifon Komuni (Yoh 15:16)

Aku telah memilih kamu dan telah menetapkan kamu,
supaya kamu menghasilkan buah,
dan supaya buahmu itu tetap, sabda Tuhan.

Doa sesudah Komuni

Ya Tuhan,
kami telah disegarkan
dengan sakramen keselamatan
Tubuh dan Darah Putra Tunggal-Mu.
Semoga oleh kasih karunia-Mu yang mengagumkan,
kami bersuka cita
karena Engkau berkenan memberikan kepada kami
seorang gembala yang mengajar umat-Mu
dengan kebajikan-kebajikannya
dan meresapi hati umat beriman dengan kebenaran Injil.
Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami,
yang hidup dan berkuasa sepanjang segala masa.

Doa Syukur Agung yang cocok digunakan adalah DSA VII (Untuk Berbagai Kepentingan), dengan Prefasi 1 (Gereja Melangkah Menuju Kesatuan). Tentunya dengan menghilangkan frase "bersama Paus kami ...", karena saat ini kita tidak mempunyai Paus.

Semoga bermanfaat.

Saturday, 12 January 2013

SIM Adalah Surat Ijin Misa


Seorang imam Palestina mempersembahkan Misa (Foto: Corbis)

SIM Adalah  Surat Ijin Misa. Untuk bisa mengemudikan kendaraan bermotor di jalan raya, kita harus punya SIM, Surat Ijin Mengemudi. Untuk bisa merayakan Misa, imam juga perlu punya surat ijin yang dikeluarkan oleh uskupnya. Masihkah perlu dibuat surat ini? Kapan digunakannya? Siapa yang akan minta kepada imam untuk menunjukkan surat ijin Misanya? Lalu, seperti apa model "SIM Imam" sesuai tradisi Gereja Katolik? Saya akan bahas secara singkat di bawah.

Terhitung sejak menerima tahbisan imamat, seorang imam mendapat kuasa dari uskupnya untuk mempersembahkan Misa Kudus. Di negeri kita, di mana jumlah imam tidaklah banyak, seorang imam biasanya cukup dikenal, setidaknya oleh sesama imam dalam satu keuskupan yang sama. Kalau suatu saat sang imam bepergian dalam wilayah keuskupannya, sangat mungkin bahwa pihak yang didatangi mengenalnya dan dengan suka hati akan memberikan kesempatan baginya untuk merayakan Ekaristi di gereja atau kapel setempat. Kasusnya bisa jadi lain kalau sang imam bepergian ke tempat lain di mana ia tidak dikenal. Saat sang imam ingin mempersembahkan Misa di suatu gereja atau kapel tertentu, bisa jadi sang tuan rumah akan menanyakan identitasnya. Tuan rumah dalam hal ini bisa pastor paroki setempat, rektor gereja, kapelan, atau bahkan koster. Nah, di saat seperti inilah "SIM Imam" akan berguna. Tentu akan lebih praktis bagi sang imam untuk membawa "SIM Imam" yang berukuran kecil daripada sertifikat tahbisannya.

"SIM Imam" yang lebih dikenal dengan nama "Celebret" (dari Bahasa Latin "celebrare", merayakan) pada intinya merupakan suatu tanda pengenal sekaligus surat pengakuan gerejawi atas kuasa-kuasa yang dimiliki sang imam. Celebret tradisional bentuknya hampir sama dengan SIM (Surat Ijin Mengemudi) Internasional. Foto di samping ini adalah format celebret yang saya dapat dari situs www.quadernididirittoecclesiale.org yang menyediakan format standar berbagai dokumen Gereja Katolik. Situs ini dibuat oleh Toko Buku Ancora, sebuah jaringan toko buku Katolik terkemuka, yang salah satunya berlokasi persis di depan Basilika St. Petrus di Vatikan. Silakan klik di foto untuk memperbesar, atau klik-kanan dan download, atau temukan format PDF-nya di sini. Format tradisional ini, atau setidaknya kata-katanya, dapat dijadikan patokan keuskupan-keuskupan yang mengeluarkan celebret; saya sajikan di sini untuk memuaskan rasa ingin tahu umat awam yang belum dan bahkan mungkin tidak akan pernah melihatnya. Saya sendiri pernah melihat celebret yang diterbitkan oleh Uskup Surabaya. Bentuk dan ukurannya sama dengan KTP kita, terbuat dari plastik, dan dilengkapi dengan foto imam yang bersangkutan. Di bagian akhir artikel ini saya sajikan juga beberapa foto celebret tradisional yang saya temukan di internet.

Di bawah ini adalah terjemahan bahasa Indonesia dari celebret dalam bahasa Italia dan Latin di atas. Kalau Anda memerlukan versi dengan tiga bahasa: Latin, Inggris dan Indonesia, silakan kontak saya.

JUDUL

Tessera Ecclesiastica di Riconoscimento
(Kartu Pengakuan Gerejawi)

KOTAK KIRI ATAS

Diocesi di _________
(Keuskupan [Agung] _________)

Tessera Ecclesiastica di Riconoscimento
(Kartu Pengakuan Gerejawi)

___________ Sac. ________
(Romo)

Cognome - Nome
(Nama Keluarga - Nama)

KOTAK KANAN ATAS

Foto tessera del sacerdote in abito ecclesiastico
(Foto imam dengan busana klerus)

Sac. ________ __________
(Romo ________ __________)

Nato a _______ il ____________
(Tempat dan Tanggal Lahir)

Ordinato a __________ il _________
(Tempat dan Tanggal Tahbisan)

Firma del Sac.
_______________
(Tanda Tangan Imam)

Testamur presbyterum gaudere:
potestate sacramentum Eucharistiae licite conficiendi; facultate confessiones habitualiter excipiendi; facultate ministerium praedicationis licite exercendi. [Cann. 764, 900, 966].

(Kami bersaksi bahwa imam [tersebut di atas] memiliki:
kuasa untuk merayakan Sakramen Ekaristi dengan pantas; wewenang untuk menerima pengakuan secara tetap; wewenang untuk melaksanakan pelayanan khotbah dengan pantas. [Kan. 764, 900, 966])

KOTAK KIRI BAWAH

Rilasciata a _________ il _____________
(Tempat dan tanggal buku kecil ini)

Per cinque anni
([Berlaku] untuk lima tahun)

L.S. [Locus Sigili]
(Tempat Stempel)

__________________
Ordinario
(Ordinaris)

__________________
Cancelliere
(Sekretaris)

Confermata per cinque anni
_________, il___________
(Dikonfirmasi untuk lima tahun)

L.S. [Locus Sigili]
(Tempat Stempel)

__________________
Ordinario
(Ordinaris)

__________________
Cancelliere
(Sekretaris)

KOTAK KANAN BAWAH

Questa tessera e le rispettive attestazioni decadono in corrispondenza di provvedimenti disciplinari o penali, che la competente autorità ecclesiastica ha eventualmente predisposto a carico del sacerdote.
(Kartu ini dan pernyataan-pernyataannya tidak lagi berlaku jika ada putusan-putusan disipliner atau pidana, yang pada akhirnya telah diambil oleh otoritas Gereja yang berwenang terhadap sang imam.)

Questa tessera è un documento personale, non cedibile a terzi.
(Kartu ini adalah dokumen pribadi, tidak dapat dipindahtangankan ke pihak ketiga.)

In caso di smarrimento restituire a:
Cancelleria [Arci]Vescovile, via _________, n.___, ____[CAP],________[città], Italia,
tel. ______
(Bila ditemukan, mohon dikembalikan ke:
Sekretariat Keuskupan [Agung] _________, _________)


Celebret dari Italia (Foto: www.nucciatolomeo.it)
Celebret dari Vietnam (Foto: lavang.hopto.org)